Kenakalan Remaja Seperti Tawuran Serta Cara Jitu Menghentikan Tawuran Pelajar

Oleh Tawati ( Aktivis Muslimah ) Majalengka

banner 468x60

Majalengka | Expose Online.co.id

Tawuran pelajar masih menjadi sajian berita setiap hari. Di Kabupaten Majalengka menurut Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Kabupaten Majalengka Aris Prayuda, tawuran berawal dari medsos saling ejek satu sama lain, karena ada yang tidak terima dengan ejekan maka yang merasa tersinggung akhirnya ngajak ketemu untuk perang.

banner 336x280

“Yang Namanya perang tentu tidak sendiri tapi banyak, yang bermain di medsos dan tersinggung biasanya memberitahu temannya atas ketersinggungannya hingga akhirnya mengajak banyak temannya, dan terjadilah peperangan atau tawuran,” ungkap Aris.

Sedangkan menurut Pengacara Abduh Nugraha, aksi tawuran pelajar bisa saja karena ada yang menghasut, hingga anggota geng terprovokasi padahal penghasut hanya ingin memuaskan kepentingan pribadi. “Anak remaja jiwanya belum stabil, sehingga mudah terhasut,” kata Abduh.

Maraknya tawuran bukan semata karena jiwa muda yang menyala-nyala dalam dada. Buktinya, ketika diamankan polisi dan dipertemukan dengan orang tuanya, mereka menangis tersedu-sedu seperti anak kecil kepergok berbuat salah. “Kegagahan” mereka ketika bersama kelompoknya langsung sirna ketika masing-masing mereka sedang sendirian.

Meski fisik para pelajar ini tampak dewasa, akan tetapi jiwanya masih kekanak-kanakan. Mereka tidak paham konsekuensi atas perbuatannya. Mereka sekadar ikut-ikutan dan ingin eksis, lantas melakukan hal yang membahayakan nyawanya dan orang lain.

Mereka tidak paham bahwa melukai orang lain, merupakan perbuatan dosa yang akan ia pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Mereka juga tidak peduli dengan hidupnya. Para pelaku tawuran tersebut memiliki catatan merah di sekolah, seperti suka membolos dan berbuat onar.

Akar Masalah

Perilaku para pelajar yang menyesakkan dada para orang tua ini sebenarnya berpangkal dari sekularisme yang telah mengakar di dada kaum muslim. Sekularisme menjadikan para pemuda kehilangan visi akhirat. Konsep pahala dan dosa tidak melekat dalam benak mereka sehingga tidak menjadi penuntun tingkah laku mereka.

Justru yang menuntun perilaku mereka adalah sekularisme liberal. Slogan “yang penting happy” merasuk dalam pemikiran, perasaan, dan tingkah laku sehingga mereka merasa bebas berbuat apa saja. “Mumpung masih muda,” katanya. Mereka lupa bahwa maut bisa datang kapan saja, tidak perlu menunggu tua.

Perilaku remaja yang liberal ini merupakan buah penerapan sistem kapitalisme dalam kehidupan masyarakat dan negara. Kapitalisme menjadikan pendidikan di negeri ini berfokus pada pencapaian nilai-nilai akademik di atas kertas, tetapi abai pada pembinaan kepribadian pelajar. Pelajaran agama yang sudah minim makin tidak berbekas ketika disampaikan sekadar sebagai bahan ajar agar bisa menjawab pertanyaan ketika ujian.

Sementara itu, di luar sekolah, konsep kesuksesan makin dijauhkan dari Islam. Definisi “sukses” saat ini adalah meraih materi berupa miliaran rupiah dari ketenaran. Menjadi pembuat konten, pemain gim, artis medsos, dan lain-lain., dianggap lebih menjanjikan kesuksesan daripada tekun belajar di sekolah.

Saat melihat kondisi para pelajar yang gemar tawuran, seperti apa nasib Indonesia ke depannya? Kita patut khawatir, pada 2045 para pemuda hari ini tidak menjadi generasi emas, tetapi justru generasi yang membuat cemas.

Di sisi lain, penguasa tampak gamang dalam menyelesaikan tawuran pelajar. Meski sudah berbuat onar, para pelaku hanya diberikan pembinaan ala kadarnya, lantas dilepaskan kembali. Besar kemungkinan mereka akan tawuran lagi.

Sistem hukum juga tidak bisa menjerakan para pelaku. Mereka dianggap masih anak-anak karena belum berusia 18 tahun. Akibatnya, hukum tidak bisa berlaku tegas meski mereka berbuat kriminal dengan melukai orang lain.

Dengan kegagalan sistem dalam menyelesaikan masalah tawuran pelajar, peristiwa ini akan terus terjadi tanpa henti. Yang menjadi korban bukan hanya pelaku tawuran, tetapi juga orang-orang yang tidak bersalah, seperti pelajar lain atau pengendara yang sedang melintas. Sistem kapitalisme bukan sekadar gagal menyelesaikan masalah, melainkan justru menjadi biangnya masalah.

Solusi dalam Pandangan Islam

Islam memiliki konsep jelas dan tegas dalam menyelesaikan masalah tawuran pelajar. Hal yang paling mendasar adalah menjadikan akidah Islam sebagai dasar negara sehingga seluruh aturan kehidupan tegak berdasarkan asas keimanan. Ini menjadikan setiap perilaku warga negara, termasuk pemuda, terikat dengan pemahaman Islam. Setiap individu akan paham bahwa Allah SWT menghisab setiap amal perbuatan manusia sehingga tidak ada yang bisa berbuat seenaknya.

Negara akan membentuk kepribadian warganya melalui sistem pendidikan. Agama Islam tidak sekadar diajarkan di sekolah, tetapi menjadi spirit dalam pendidikan. Dari sistem pendidikan, lahirlah output berupa para pemuda bervisi akhirat dan sekaligus cakap dalam ilmu pengetahuan.

Para pelajar mafhum betul tentang hakikat hidup seorang muslim bahwa seorang muslim harus membaktikan hidupnya di jalan Islam, yaitu dengan mewujudkan ketaatan total pada Rabb-nya. Para pemudanya juga akan mafhum tentang visi dakwah dan jihad, yaitu mereka harus menjadi generasi pembebas, tidak hanya generasi emas.

Para pemudanya akan menghabiskan hidupnya di jalan Allah SWT. Mereka akan menjadi ulama, ilmuwan, mujahid, penguasa yang menerapkan syariat kafah, serta menjadi apa pun yang berkontribusi terhadap kejayaan Islam.

Hasil dari sistem pendidikan Islam adalah akan lahir pemuda-pemuda gagah yang berani maju ke medan jihad untuk meninggikan panji Islam. Hati mereka terikat keimanan dan ketakwaan, langkah mereka jauh melintasi benua untuk menyebarkan Islam dan meruntuhkan segala kezaliman.

Rasulullah SAW. bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya, yakni imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah” (HR Bukhari).

Selain sistem pendidikan, Islam juga memiliki sistem sanksi yang efektif. Setiap orang yang sudah balig harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan syariat. Jika terbukti melakukan tindakan kriminal, ia harus dihukum sesuai jenis pelanggarannya. Dalam hal melukai dan membunuh orang, akan ada sanksi kisas.

Dengan penerapan sistem Islam, masalah tawuran pelajar akan selesai. Para pemuda pun akan menjadi generasi pembebas yang mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Wallahualam a’lam bishshawab. (Irfan Lubis)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed